Rabu, 14 Desember 2011

ASKEP hisprung

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel-sel ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid colon. Dan ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi usus spontan (Betz, Cecily & Sowden: 2000).
Penyakit hirschsprung atau mega kolon adalah kelainan bawaan penyebab gangguan pasase usus tersering pada neonatus, dan kebanyakan terjadi pada bayi aterm dengan berat lahir 3 Kg, lebih banyak laki-laki dari pada perempuan. (Arief Mansjoeer, 2000).
Melakukan asuhan keperawatan (askep) pada pasien dengan gangguan hisprung merupakan aspek legal bagi seorang perawat walaupun format model asuhan keperawatan di berbagai rumah sakit berbeda-beda. Seorang perawat profesional di dorong untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan seoptimal mungkin, memberikan informasi secara benar dengan memperhatikan aspek legal etik yang berlaku.
Metode perawatan yang baik dan benar merupakan salah satu aspek yang dapat menentukan kualitas “asuhan keperawatan” yang diberikan yang secara langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan kualitas kita sebagai perawat profesional dalam pelayanan pasien gangguan hisprung. Pemberian asuhan keperawatan pada tingkat anak, remaja, dewasa, hingga lanjut usia hingga bagaimana kita menerapkan manajemen asuhan keperawatan secara tepat dan ilmiah diharapkan mampu meningkatkan kompetensi perawat khususnya.
B. Identifikasi Masalah
Sesuai dengan judul makalah ini “Hisprung” terkait dengan proses dan ilmu keperawatan. Berkaitan dengan judul tersebut, maka masalahnya dapat diidentifikasi sebagai berikut :
a. Apa definisi dari Hisprung?
b. Apa etiologi dari Hisprung?
c. Bagaimana patofisiologinya?
d. Bagaimana Manifestasi klinisnya?
e. Bagaimana pemeriksaan diagnostiknya?
f. Bagaimana penatalaksanaannya?
g. Bagaimana cara Asuhan keperawatannya?
C. Tujuan Masalah
a. Untuk mengetahui definisi Hisprung
b. Untuk memperluas pengetahuan dan memahami dari etiologi Hisprung
c. Untuk mengetahui perjalanan penyakit dari Hisprung
d. Untuk mengetahui manifestasi klinis
e. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan diagnostiknya
f. Untuk mengetahui tata cara penatalaksaan dari penyakit Hisprung
g. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan




BAB II
PEMBAHASAN


A. Definisi
Ada beberapa pengertian mengenai Mega Colon, namun pada intinya sama yaitu penyakit yang disebabkan oleh obstruksi mekanis yang disebabkan oleh tidak adekuatnya motilitas pada usus sehingga tidak ada evakuasi usus spontan dan tidak mampunya spinkter rectum berelaksasi.
Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel-sel ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid Colon. Dan ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi usus spontan ( Betz, Cecily & Sowden : 2000 ).
Penyakit Hirschsprung atau Mega Kolon adalah kelainan bawaan penyebab gangguan pasase usus tersering pada neonatus, dan kebanyakan terjadi pada bayi aterm dengan berat lahir £ 3 Kg, lebih banyak laki-laki dari pada perempuan. (Arief Mansjoeer, 2000 ).
B. Etiologi
Adapun yang menjadi penyebab Hirschsprung atau Mega Colon itu sendiri adalah diduga terjadi karena faktor genetik dan lingkungan sering terjadi pada anak dengan Down syndrom, kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus.

C. Patofisiologi
Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal. Segmen aganglionic hampir selalu ada dalam rectum dan bagian proksimal pada usus besar.
Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga pendorong ( peristaltik ) dan tidak adanya evakuasi usus spontan serta spinkter rectum tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega Colon ( Betz, Cecily & Sowden, 2002:197). Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol kontraksi dan relaksasi peristaltik secara normal.
Isi usus mendorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang proksimal terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan dibagian Colon tersebut melebar ( Price, S & Wilson, 1995 : 141 ).

D. Manifestasi Klinis
Gejala Penyakit Hirshsprung adalah obstruksi usus letak rendah, bayi dengan Penyakit Hirshsprung dapat menunjukkan gejala klinis sebagai berikut. Obstruksi total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketidakadaan evakuasi mekonium. Keterlambatan evakuasi meconium diikuti obstruksi konstipasi, muntah dan dehidrasi.
Penyakit ini sebagian besar ditemukan pada bayi akibat dari kelumpuhan usus besar dalam menjalankan fungsinya, sehingga tinja tidak dapat keluar. Biasanya bayi baru lahir akan mengeluarkan tinja pertamanya (mekonium) dalam 24 jam pertama. Namun pada bayi yang menderita penyakit Hisprung, tinja akan keluar terlambat atau bahkan tidak dapat keluar sama sekali. Selain itu perut bayi juga akan terlihat menggembung, disertai muntah. Jika dibiarkan lebih lama, berat badan bayi tidak akan bertambah dan akan terjadi gangguan pertumbuhan (Budi, 2010).
Menurut Anonim (2010) gejala yang ditemukan pada bayi yang baru lahir adalah:
Dalam rentang waktu 24-48 jam, bayi tidak mengeluarkan Meconium (kotoran pertama bayi yang berbentuk seperti pasir berwarna hijau kehitaman).
1. Malas makan
2. Muntah yang berwarna hijau
3. Pembesaran perut (perut menjadi buncit)
Pada masa pertumbuhan (usia 1 -3 tahun):
1. Tidak dapat meningkatkan berat badan
2. Konstipasi (sembelit)
3. Pembesaran perut (perut menjadi buncit)
4. Diare cair yang keluar seperti disemprot
5. Demam dan kelelahan adalah tanda-tanda dari radang usus halus dan dianggap sebagai keadaan yang serius dan dapat mengancam jiwa.
Pada anak diatas 3 tahun, gejala bersifat kronis :
1. Konstipasi (sembelit)
2. Kotoran berbentuk pita
3. Berbau busuk
4. Pembesaran perut
5. Pergerakan usus yang dapat terlihat oleh mata (seperti gelombang)
6. Menunjukkan gejala kekurangan gizi dan anemia

E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan dengan barium enema, dengan pemeriksaan ini akan bisa ditemukan :
a. Daerah transisi
b. Gambaran kontraksi usus yang tidak teratur di bagian usus yang menyempit
c. Entrokolitis padasegmen yang melebar
d. Terdapat retensi barium setelah 24-48 jam ( Darmawan K, 2004 : 17 )
2. Biopsi isap
Yaitu mengambil mukosa dan sub mukosa dengan alat penghisap dan mencari sel ganglion pada daerah sub mukosa ( Darmawan K, 2004 :17 ).
3. Biopsi otot rektum
Yaitu pengambilan lapisan otot rektum.
4. Periksaan aktivitas enzim asetil kolin esterase dari hasil biobsi isap pada penyakit ini khas terdapat peningkatan, aktifitas enzimasetil kolin esterase ( Darmawan K, 2004 : 17 ).
5. Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsi usus
( Betz, cecily & Sowden, 2002 : 197 ).
6. Pemeriksaan colok anus
Pada pemeriksaan ini jari akan merasakan jepitan dan pada waktu tinja yang menyemprot. Pemeriksaan ini untuk mengetahu bahu dari tinja, kotoran yang menumpuk dan menyumbat pada usus di bagian bawah dan akan terjadi pembusukan.
F. Penatalaksanaan Medis
1. Pengobatan Konservatif
Irigasi colon pre operasi, pasien puasa, ab
2. Pembuatan Anus Preternaturalis dengan Colostomy
Mencegah enterocolitis
3. Bedah Definitif ( Pullthrough)





BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Data Demografi/Identitas
a. Identitas Pasien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku/bangsa, pendidikan, alamat, No.Medrec, tanggal rawat, ruang rawat, tanggal pengkajian dan diagnosa medis.
b. Identitas Penaggung Jawab
Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat dan hubungan dengan klien.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Obstipasi merupakan tanda utama dan pada bayi baru lahir. Trias yang sering ditemukan adalah mekonium yang lambat keluar (lebih dari 24 jam setelah lahir), perut kembung dan muntah berwarna hijau. Gejala lain adalah muntah dan diare.
b. Riwayat penyakit sekarang
Merupakan kelainan bawaan yaitu obstruksi usus fungsional. Obstruksi total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketiadaan evakuasi mekonium. Bayi sering mengalami konstipasi, muntah dan dehidrasi.
Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi usus akut. Namun ada juga yang konstipasi ringan, enterokolitis dengan diare, distensi abdomen, dan demam. Diare berbau busuk dapat terjadi.
c. Riwayat penyakit dahulu
Tidak ada penyakit terdahulu yang mempengaruhi terjadinya penyakit Hirschsprung.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit ini diturunkan kepada anaknya.
e. Riwayat kesehatan lingkungan
Tidak ada hubungan dengan kesehatan lingkungan
f. Imunisasi
Tidak ada imunisasi untuk bayi atau anak dengan penyakit Hirschsprung.
g. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
h. Nutrisi

3. Kebiasaan Sehari-hari
a. Makan dan Minum
b. Eliminasi: BAB dan BAK
c. Personal Hygine
d. Aktivitas
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
b. Tanda-tanda vital
c. Pemeriksaan Head totoe

B. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan nyeri berhubungan dengan distensi abdomen
2) Konstipasi berhubungan dengan obstruksi ketidakmampuan Kolon mengevakuasi feces ( Wong, Donna, 2004 : 508 )
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah/intake tidak adekuat
4) Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan intake yang kurang (Betz, Cecily & Sowden 2002:197)




C. Intervensi
a. Gangguan nyeri berhubungan dengan distensi abdomen
Tujuan:
 Nyeri dapat teratasi dalam waktu 2x24 jam setekah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria Hasil:
 Mengetahui tingkat nyeri dan menentukan langkah selanjutnya
 Pasien tenang
 Pasien tidak menangis
 Tidak mengalami gangguan pola tidur
Rencana Tindakan:
 Kaji terhadap tanda nyeri
 Berikan tindakan kenyamanan dan ketenangan
 Berikan obat analgesik sesuai program
b. Konstipasi berhubungan dengan obstruksi ketidakmampuan Kolon mengevakuasi feces ( Wong, Donna, 2004 : 508 )
Tujuan:
 anak dapat melakukan eliminasi dengan beberapa adaptasi sampai fungsi eliminasi secara normal dan bisa dilakukan.
Kriteria Hasil:
 Pasien dapat melakukan eliminasi dengan beberapa adapatasi
 Ada peningkatan pola eliminasi yang lebih baik
Rencana Tindakan:
 Berikan bantuan enema dengan cairan Fisiologis NaCl 0,9 %
 Observasi tanda vital dan bising usus setiap 2 jam sekali
 Observasi pengeluaran feces per rektal-bentuk, konsistensi, jumlah
 Observasi intake yang mempengaruhi pola dan konsistensi feses
 Anjurkan untuk menjalankan diet yang telah dianjurkan

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah/intake tidak adekuat
Tujuan:
 Pasien menerima asupan nutrisi yang cukup sesuai dengan diet yang dianjurkan
Kriteria Hasil:
 Berat badan pasien sesuai dengan umurnya
 Turgor kulit pasien lembab
Rencana Tindakan:
 Berikan asupan nutrisi yang cukup sesuai dengan diet yang dianjurkan
 Ukur berat badan anak tiap hari
 Gunakan rute alternatif pemberian nutrisi ( seperti NGT dan parenteral ) untuk mengantisipasi pasien yang sudah mulai merasa mual dan muntah.
d. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan intake yang kurang (Betz, Cecily & Sowden 2002:197)
Tujuan:
 Status hidrasi pasien dapat mencukupi kebutuhan tubuh
Kriteria Hasil:
 Turgor kulit lembab
 Keseimbangan cairan
Rencana Tindakan:
 Berikan asupan cairan yang adekuat pada pasien
 Pantau tanda-tanda cairan tubuh yang tercukupi turgor, intake-output
 Observasi adanay peningkatan mual dan muntah antisipasi devisit cairan tubuh dengan segera.





BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit hisprung merupakan penyakit yang sering menimbulkan masalah, Baik masalah fisik, psikologis maupun psikososial. Masalah pertumbuhan dan perkembangan anak dengan penyakit hisprung yaitu terletak pada kebiasaan buang air besar. Orang tua yang mengusahakan agar anaknya bisa buang air besar dengan cara yang awam akan menimbulkan masalah baru bagi bayi/anak.
Penatalaksanaan yang benar mengenai penyakit hisprung harus difahami dengan benar oleh seluruh pihak baik tenaga medis maupun keluarga. Untuk tecapainya tujuan yang diharapkan perlu terjalin hubungan kerja sama yang baik antara pasien, keluarga, dokter, perawat maupun tenaga medis lainnya dalam mengantisipasi kemungkinan yang terjadi.

B. Saran
Bagi perawat diharapkan dapat melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan prosedur yang ada.
Bagi para orang tua diharapkan memantau pertumbuhan dan perkembangan anak sejak dini untuk dapat mengetahui adakah gejala-gejala penyakit pada anak teruma pengetahuan tentang penyakit Hisprung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar